What is BROKEN HOME ? How is impact and solution for pshycist’s childs?

             Keluarga harmonis, penuh kehangatan dan kasih sayang merupakan impian dari setiap orang, mereka saling berbagi dengan tulus, tampa diminta dan tampa pamrih.  Keluarga adalah tempat ternyaman yang pertama dan utama, tempat membagi rasa dan mengadu berbagai hal, sedih, susah, senang, kecewa, bahagia, gagal, dan sukses. Mereka yang selalu memberikan pelukan hangat, dengan ajaibnya segala rasa yang menyesakkan akan hilang seketika saat kita berada dalam pelukan hangat itu.

            Bagi semua orang keluarga ialah hal yang teramat penting nomor satu. Dari ayah dan ibu yang saling mencintai terlahir anak-anak yang merupakan anugerah terbesar Tuhan yang telah diberikan kepada mereka. Dan dari sana, lahir lah kewajiban orang tua untuk menjaga anak-anaknya, memenuhi kebutuhan lahiriyah dan batiniyah salah satunya adalah keutuhan dan kehangatan sebuah keluarga.

Bacaan Lainnya

            Namun sayang, berjuta keluarga di dunia memliki alur dan cerita yang tak sama. Banyak yang namanya “kegagalan berumah tangga”. Sebagian dari keluarga itu yang awalnya baik-baik saja seiring dengan berjalannya waktu timbul ‘cek-cok’ permasalahan ini dan itu yang akhirnya mengakibatkan perdebatan tak berujung, kekerasan dalam rumah tangga ataupun perceraian. Hal ini yang biasanya umum disebut sebagai “BROKEN HOME”.

            “Broken Home” sangat luas sekali didefinisikan jika dilihat dari berbagai masalah yang ada. Lalu disini penulis akan sedikit memberikan pemahaman tentang Apa  itu broken home? sebelum membahas dampak dan solusinya. Istilah broken home sendiri dapat diartikan ‘broken=pecah’ dan ‘home=rumah’ bukan berarti rumah yang pecah ya gays! Tapi broken home ialah suatu keadaan dimana sebuah keluarga tidak harmonis, setiap anggota keluarga tidak menjalankan perannya dengan baik dan benar. Broken home dapat digolongkan menjadi dua. Pertama, yakni ketika orang tua sudah berpisah baik salah satu orangtuanya meninggal ataupun keduanya sudah bercerai. Kedua, kedua orang tua masih ada dan bahkan tinggal di bawah atap rumah yang sama namun interaksi didalam keluarga tersebut sangat kurang dan bahkan bisa dikatakan buruk. Salah satu atau beberapa dari anggota keluarga saling acuh dan tak peduli.

Baca Juga :  Jika ingin maju; Tingkatkan Kemampuan Bahasa Inggris

Nah, wacana diatas sudah dapat memberikan pemahaman apa itu broken home. Lalu dapat kita analisa sendiri bahwa pihak yang paling dirugikan disini adalah seorang anak. Berikut beberapa dampaknya :

  1. Perkembangan mental

Anak akan menjadi sangat ketakutan apabila sering melihat kedua orang tuanya bertengkar dihadapannya, saling membentak ataupun sampai melakukan kekerasan fisik, terlebih pada anak yang belum dewasa sehingga bisa saja dapat menimbulkan sebuah trauma.

  1. Perkembangan emosi

Seorang anak akan seperti haus perhatian ia akan mencari-cari perhatian entah salah atau benar caranya dan ia pun juga  menjadi sangat agresif. Tidak dapat dipungkiri bahwa dia juga akan membenci orang tuanya sendiri.

  1. Perkembangan cara berpikir

Dalam keadaan ini, seorang anak jarang berpikir sehat, ia akan mudah tertekan, depresi bahkan frustasi. Ia akan selalu merasa pesimis pada hidupnya.

  1. Perkembangan kepribadian

Ada dua hal, bisa saja anak akan menjadi pribadi yang pemurung dan minder atau. Sebaliknya, berperilaku nakal pada orang lain. Terseret pada pergaulan yang tidak benar dan bahkan pemakaian obat-obatan terlarang.

  1. Perkembangan sosial

Sang anak akan sangat sulit untuk membuka diri dan bergaul, terutama pada anak perempuan bisa saja sangat tidak percaya diri atau sebaliknya, ia akan sangat agresif pada seorang laki-laki. Pada umumnya, anak dalam situasi ini akan sulit beradaptasi pada lingkungan.

Dari segala uraian diatas, setelah mengetahui arti dan dampak dari broken home yang dapat dikatakan sangat memprihatinkan, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan :

  1. Pendalaman agama
  2. Setiap orang tua tidak bersifat egois dan kekanak-kanakan sehingga dapat menghindari pertengkaran di depan sang anak
  3. Membangun interaksi dengan anak,
  4. Mendidik dan membimbing anak dengan berbagai kegiatan yang positif
  5. Memberikan kasih sayang yang cukup baik dari orang tua sendiri atau orang terdekat di sekitarnya.
  6. Selalu mengajak positive thingking di segala situasi, agar anak tak selalu menyesali diri
  7. Memberikan pengertian dan perhatian yang ekstra
Baca Juga :  Mobile Learning

Demikian tulisan ini semoga bermanfaat….

By : Dewi Nur Syafitri

Pos terkait