Di era new normal ini banyak pesantren dan sekolah-sekolah yang sudah dibuka dan para siswa atau santri juga mulai aktif mengikuti pembelajaran di sekolah atau pesantren. Sistem pengajarannya juga lebih diperketat. Konsep merdeka belajar menteri pendidikan Nadhim Makarim sebenarnya bukan menjadi hal baru lagi bagi pesantren. Hanya motif merdeka belajar menteri dan merdeka belajar pesantren sangat berbeda.
Jika Nadhim Makarim menekankan pada filosofi pembangunan kapasitas SDM untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar kerja, jasa dan peluang usaha. Maka merdeka belajar di pesantren menekankan pada pembentukan karakter muslim yang memiliki kemandirian dalam mengembangkan pengabdiannya dengan memanfaatkan ilmu yang diperoleh dari kyai di masyarakat luas. Karena perbedaan tujuan dan filosofis pendidikan inilah yang membuat sekolah dan pesantren jauh berbeda, bisa dilihat dari segi proses atau hasil akhirnya.
Prinsipnya pendidikan sekolah mengarah pada pendalaman dan penguasaan pengetahuan yang spesifik. Sedangkan di pesantren tradisional, begitu orang tua datang ke kyai untuk memasrahkan anaknya, mereka tidak membebani kiai dengan pertanyaan besok kalau sudah lulus dari pesantren mau kerja jadi apa. Konsep shaleh menurut para ulama cukup sederhana, yakni pribadi atau karakter seorang muslim yang bisa menempatkan dirinya sesuai peran yang disandangnya.
Adapun ketentuan yang berlaku dalam pembelajaran di masa pandemi, baik untuk pendidikan keagamaan berasrama maupun tidak berasrama, yakni:
• Membentuk gugus tugas percepatan penanganan Covid-19
• Memiliki fasilitas yang memenuhi protokol kesehatan
• Untuk mengetahui aman dari corona dapat dibuktikan dengan surat keterangan dari penanganan Covid-19 atau pemerintah daerah setempat
• Pimpinan, pengelola, pendidik, dan peserta didik dalam kondisi sehat dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari fasilitas pelayanan kesehatan setempat.
